Minggu, 07 Oktober 2007

Di Tepi Kali Bekasi

Oleh Aris Darmawan




Judul buku : Di Tepi Kali Bekasi
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara, Jakarta
Cetakan : V (revisi), 2003
Tebal : 262 hlm




Ben Anderson, seorang Indonesianis asal Amerika, dalam disertasinya, Java in A Time of Revolution 1944-1946 mengisahkan para pemuda Indonesia waktu itu ramai-ramai mendeklarasikan berdirinya laskar-laskar untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta. Soe Hok Gie menyebut heroisme pemuda Indonesia waktu itu sebagai “the young angry men”—pemuda yang bergejolak. Gejolak pemuda inilah yang juga dipotret dengan sangat apik oleh Pramoedya dalam buku ini. Pram menyebut buku ini sebagai sebuah epos tentang revolusi jiwa Angkatan Muda: revolusi dari jiwa jajahan, jongos, hamba dan babu menjadi jiwa merdeka.

Revolusi jiwa inilah yang ditampilkan Pram melalui tokoh Farid. Farid, anak muda belia, adalah protagonis yang walaupun labil namun memiliki semangat membara untuk membela tanah airnya. Di tengah desakan kehidupan pragmatis yang dipinta dan didesakkan oleh ayahnya, Farid melangkah tegar menuju medan pertempuran untuk membuktikan keyakinannya bahwa anak muda juga bisa melakukan sesuatu untuk kepentingan bangsa dan negara. Oleh Pram, Farid direpresentasikan sebagai anak muda yang progresif, sedangkan ayahnya adalah representasi dari Angkatan Tua yang memiliki sikap lembek dan hanya mengais untung dan titip nama dalam ritus panen pascarevolusi.

Melalui buku ini, Pram ingin mengatakan bahwa proposal masa depan bangsa dan negara berada di tangan Angkatan Muda. Merekalah kelompok garda depan yang menjadi kekuatan penggerak, yang bangkit menjadi pemutar baling-baling sejarah masa depan. Sejarah, seperti diungkapkan Pram, adalah rumah tempat kita berangkat.

Tidak ada komentar: